Jumat, 04 Mei 2012

Organisasi Kurikulum


BAB I

PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang

Proses pendidikan dipengaruhi oleh begitu banyak hal, salah satunya bagaimana pola atau cara penyampaian materi yang disampaikan oleh guru kepadapara peserta didiknya. Bagaimana agar proses pendidikan yang menyenangkan (enjoyable), efektif, efisien dan mampu mencapai tujuan secara optimal menjadi persoalan tersendiri yang harus dipecahkan.

Organisasi kurikulum sebagai pola penyampaian materi dalam proses pembelajaran yang disusun dan dilaksanakan oleh sluruh elemen dalam pendidikan. Dalam macam-macam organisasi kurikulum ini kita akan memperoleh sedikit gambaran bagaimana seharusnya pola kurikulum yang sebaiknya dilaksanakan dalam lembaga pendidikan dengan tetap mempertimbangkan minat, bakat dan kemampuan siswa yang ada. Dengan pemilihan bentuk organisasi yang tepat akan mempermudah proses pembelajaran dan dengan hasil yang optimal sesuai harapan.



1.2        Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan “Organisasi Kurikulum” dapat dirumuskan sebagai berikut :

1.      Apa yang dimaksud dari organisasi kurikulum ?

2.      Apa saja tujuan dari organisasi kurikulum itu ?

3.      Apa sajakah jenis-jenis organisasi kurikulum itu ?











1.3        Tujuan

1.3.1        Tujuan Umum

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan organisasi kurikulum dalam proses belajar dan pembelajaran.

1.3.2        Tujuan Khusus



1.      Untuk memahami kurikulum mencakup desain, teori, konsep, pandangan tentang pendidikan, perkembangan anak didik dan teknologi

2.      Untuk memahami kelemahan dan keunggulan dari sudut pandang kurikulum yang dibahas



























BAB II

PEMBAHASAN



2.1    Pengertian Organisasi Kurikulum

Organisasi kurikulum, yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran disusun dan disampaikan kepada murid-murid, merupakan suatu dasar yang penting sekali dalam pembinaan kurikulumdan bertalian erat dengan tujuan program pendidikan yang hendak dicapai, karena bentuk kurikulum turut menentukan bahan pelajaran, urutannya dan cara menyajikannya kepada murid-murid.

Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum program-pengajaran-pengajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik (Nurgiantoro, 1988: 111).

2.2        Faktor-Faktor pada Organisasi Kurikulum

Dalam penyusunan organisasi kurikulum ada sejumlah faktor yang harus diperhatikan, yakni :

1.      Ruang lingkup (Scope)

Merupakan keseluruhan materi pelajaran dan pengalaman yang harus dipelajari siswa. Ruang lingkup bahan pelajaran sangat tergantung pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai.

2.      Urutan bahan (Sequence)

Berhubungan dengan urutan penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa agar proses belajar dapat berjalan dengan lancar. Urutan bahan meliputi dua hal yaitu urutan isi bahan pelajaran dan urutan pengalaman belajar yang memerlukan pengetahuan tentang perkembangan anak dalam menghadapi pelajaran tertentu.





3.      Kontinuitas

Berhubungan dengan kesinambungan bahan pelajaran tiap mata pelajaran, pada tiap jenjang sekolah dan materi pelajaran yang terdapat dalam mata pelajaran yang bersangkutan. Kontinuitas ini dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif .

4.      Keseimbangan

Adalah faktor yang berhubungan dengan bagaimana semua mata pelajaran itu mendapat perhatia yang layak dalam komposisi kurikulum yang akan diprogramkan pada siswa. Keseimbangan dalam kurikulum dapat ditinjau dari dua segi yakni keseimbangan isi atau apa yang dipelajari, dan keseimbangan cara atau proses belajar.

5.      Integrasi atau keterpaduan

Yang berhubungan dengan bagaimana pengetahuan dan pengalaman yang diterima siswa mampu memberi bekal dalam menjawab tantangan hidupnya, setelah siswa menyelesaikan program pendidikan disekolah.

2.3    Jenis-jenis Organisasi Kurikulum

Menurut S. Nasution (1989: 80) organisasi kurikulum terdapat tiga tipe atau bentuk kurikulum, yaitu :

1.      Separated Subject Curriculum (Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran)

Kurikulum ini disebut demikian karena segala bahan pelajarn disajikan dalam subject atau mata pelajaran yang terpisah-pisah. Sehingga banyak jenis mata pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya. Jumlah mata pelajaran yang diberikan cukup bervariasi bergantung pada tingkat dan jenis sekolah yang bersangkutan. Dalam praktek penyampaian pengajarannya, tanggung jawab terletak pada masing-masing guru atau pendidik yang menangani suatu mata pelajaran yang dipegangnya.

Kurikulum yang disusun dalam bentuk terpisah ini lebih bersifat subject centered, berpusat ada bahan pelajaran daripada child centered yang berpusat pada minat dan kebutuhan anak. Dari segi ini jelas kurikulum bentuk terpisah sangat menekankan pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan pembentukan kepribadian anak secara keseluruhan.

Kurikulum ini sejak lama diterapkan pada sekolah-sekolah kita, sampai dengan munculnya kurikulum tahun 1968 dan kurikulum tahun 1975. Kurikulum ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a.       Terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah satu sama lain, dan masing-masing berdiri sendiri

b.      Tiap mata pelajaran seolah-olah tersimpan dalam kotak tersendiridan diberikan dalam waktu tertentu 

c.       Hanya bertujuan pada penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan dan mengabaikan perkembangan aspek tingkah laku lainnya

d.      Tidak didasarkan pada kebutuhan, minat, dan masalah yang dihadapai para siswa

e.       Bentuk kurikulum yang tidak mempertimbangkan kebutuhan, masalah, dan tututan dalam masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang

f.       Pendekatan metodologi mengajar yang digunakan adalah sistem penuangan (imposisi) dan menciptakan perbedaan individual di kalangan para siswa

g.      Guu berperan aktif, dengan pelaksaan sistem guru mata pelajaran dan mengabaikan unsur belajar aktif di kalangan para siswa

h.      Para siswa sama sekali tidak dilibatkan dalam perencanaan kurikulum secara kooperatif

Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari kurikulum ini, antara lain:

a.       Penyajian bahan pelajaran dapat disusun secara logis dan sistematis

b.      Organisasi kurikulum bentuk ini sangat sederhana dan tidak terlalu sulit untuk direncanakan, serta mudah dilaksanakan

c.       Mudah dievaluasi dan dites

d.      Dapat digunakan dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi

e.       Pendidik atau guru sebagai pelaksana kurikulum dalam mempergunakannya lebih mudah

f.       Tidak sulit untuk diadakan perubahan-perubahan

g.      Lebih tersusun secara sistematis.

Di samping adanya keuntungan kurikulum bentuk tersebut, ada juga beberapa kelemahan dari bentuk separated subject curriculum, sebagai berikut:

a.       Bentuk mata pelajaran yang terpisah dengan lainnya tidak relevan dengan kenyataan dan tidak mendidik anak dalam menghadapi stuasi kehidupan mereka

b.      Tidak memperhatikan masalah sosial kemasyarakatan yang dihadapi peserta didik secara faktual dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini disebabkan hanya berpedoman pada apa yang tertera dalam buku atau teks

c.       Kurang memperhatikan faktor-faktor kejiwaan peserta didik

d.      Tujuan kurikulum ini sangat terbatas dan kurang memperhatikan pertumbuhan jasmani, perkembangan emosional dan sosial peserta didik serta hanya memusatkan pada perkembangan intelektual

e.       Kurikulum semacam ini kurang mengembangkan kemampuan berfikir, karena mengutamakan penguasaan dan pengetahuan dengan cara hafalan

f.       Separated curriculum ini cenderung menjadi statis dan tidak bersifat inovatif.



2.       Correlated Curriculum (Kurikulum Gabungan)

Correlated curriculum adalah bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, Tetapi tetap memperhatikan karakteristik tiap mata pelajaran tersebut. Hubungan antar mata pelajaran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

·         Pertama, insidental artinya secara kebetulan ada hubungan antar mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya mata pelajaran IPA disinggung tentang mata pelajaran geografi dan sebagainya.

·         Kedua, menghubungkan secara lebih erat jika terdapat suatu pokok bahasan yang dibicarakan dalam berbagai mata pelajaran. Misalnya masalah moral dan etika dibicarakan dalam mata pelajaran agama.

·         Ketiga, batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan dengan menghilangkan batasan masing-masing mata pelajaran. Penggabungan antara beberapa mata peajaran menjadi satu disebut sebagai broad field. Misalnya mata pelajaran bahasa merupakan peleburan dari mata pelajaran membaca, tata bahasa, menulis, mengarang,menyimak dan pengetahuan bahasa.

Ciri-ciri kurikulum ini di antaranya adalah sebagai berikut :

a.       Berbagai mata pelajaran di korelasikan satu dengan yang lainnya

b.      Sudah dimulai dengan adanya usaha untuk merelevansikan pelajaran dengan permasalaham kehidupan sehari-hari, kendatipun tujuannya masih penguasaan pengetahuan

c.       Sudah mulai mengusahakan penyesuaian pelajaran dengan minat dan kemapuan para siswa, meski pelayanan terhadap perbedaan individual masih sangat terbatas

d.      Metode penyampaian menggunakan metode korelasi, meski masih banyak yang menghadapi kesulitan

e.       Meski guru masih memegang peran penting, namun aktivitas siswa sudah mulai dikembangkan

Organisasi kurikulum yang disusun dalam bentuk correlated mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan. Beberapa keunggulan yang dimaksud antara lain:

1.      Menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada peserta didik, yang mana dalam pelajaran disoroti dari berbagai bidang dan disiplin ilmu

2.      Dapat menambah interes dan minat peserta didik terhadap adanya hubungan antara berbagai mata pelajaran

3.      Pengetahuan dan pemahaman peserta didik akan lebih mudah dalam dengan penguraian dan penjelasan dari berbagai mata pelajaran

4.      Adanya kemungkinan untuk menggunakan ilmu pengetahuan lebih fungsional

5.      Lebih mengutamakan pada pemahaman dari prinsip-prinsip daripada pengetahuan (knowledge) dan penguasaan fakta-fakta.

Selain correlated curriculum mempunyai kelemahan, antara lain:

1.      Bahan yang disajikan tidak berhubungan secara langsung dengan kebutuhan dan minat peserta didik

2.      Pengetahuan yang diberikan tidak mendalam dan kurang sistematis pada berbagai mata pelajaran

3.      Urutan penyusunan dan penyajian bahan tidak secara logis dan sistematis

4.      Kebanyakan di antara para pendidik atau guru kurang menguasai antar disiplin ilmu, sehingga mengaburkan pemahaman peserta didik atau siswa.

Untuk mengurangi kelemahan dengan adanya keterpisahan diantara berbagai mata pelajaran tersebut, diusahakanlah agar mata pelajaran tersebut disusun dalam pola korelasi. Ada tiga jenis korelasi yang sifatnya bergantung dari jenis mata pelajaran :

1.       Korelasi faktual, misalnya sejarah dan kesusastraan. Fakta-fakta sejarah disajikan melalui penulisan karangan sehingga menambah kemungkinan menikmati bacaannya oleh siswa.

2.       Korelasi deskriptif, korelasi ini dapat dilihat pada penggunaan generalisasi yang berlaku untuk dua atau lebih mata pelajaran. Misal psikologi dapat berkorelasi dengan sejarah atau Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan prinsip-prinsip yang ada dalam psikologi untuk menerangkan kejadian-kejadian sosial.

3.       Korelasi normatif, hampir sama denagan korelasi deskriptif, perbedaannya terletak pada prinsipnya yang bersifat moral sosial. Sejarah dan kesusastraan dapat dikorelasikan berdasarkan prinsip-prinsip moral sosial dan etika.







3.      Integrated Curriculum (Kurikulum Terpadu)

Dalam integrated curriculum mata pelajaran dipusatkan pada suatu masalah atau unit tertentu. Dengan adanya kebulatan bahan pelajaran diharapkan dapat terbentuk kebulatan pribadi peserta didik yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu, hal-hal yang diajarkan di sekolah harus disesuaikan dengan situasi, masalah dan kebutuhan kehidupan di luar sekolah.

Ciri-ciri umum dari kurikulum studi adalah sebagai berikut :

a.       Kurikulum terdiri atas suatu bidang pengajaran, yang di dalamnya terpadu sejumlah mata pelajaran sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama

b.      Pelajaran bertitik tolak dari core subject, yang kemudian diuraikan menjadi sejumlah pokok bahasan

c.       Berdasarkan tujuan kurikuler dan tujuan instruktusional yang telah digariskan

d.      Sistem penyampaian bersifat terpadu

e.       Guru berperan selaku guru bidang studi

f.       Minat, masalah, serta kebutuhan siwa dan masyarakat dipertimbangkan sebagai dasr penyusunan kurikulum, walaupun masih dalam batas-batas tertentu

g.      Dikenalkan berbagai jenis bidang studi

Adapun dalam bentuk kurikulum terpadu ini terbagi lagi, meliputi :

1.      Kurikulum inti (core curriculum)

Kurikulum ini bertujuan untuk mengembangkan integrasi, melayani kebutuhan siswa dan meningkatkan keaktifan belajar dan hubungan antara kehidupan dan belajar.

Ciri yang membedakan kurikulum inti, yaitu :

a.       Kurikulum inti menekankan kepada nilai-nilai sosial, unsur universalitas dalam suatu kebudayaan memberikan stabilitas dan kesatuan pada masyarakat.

b.      Struktur kurikulum inti ditentukan oleh problem sosial.

Karakteristik yang dapat dikaji dalam kurikulum ini adalah :

a.       Kurikulum ini direncanakan secara berkelanjutan (continue), selalu berkaitan dan direncanakan secara terus-menerus

b.      Isi kurikulum yang dikembangkan merupakan rangkaian dari pengalaman yang saling berkaitan

c.       Isi kurikulum selalu mengambil atas dasar masalah atau problema yang dihadapi secara actual

d.      Isi kurikulum cenderung mengambil atau mengangkat substansi yang bersifat pribadi maupun social

e.       Isi kurikulum ini difokuskan berlaku untuk semua siswa, sehingga kurikulum ini sebagai kurikulum umum, tetapi substansinya bersifat problema, pribadi, sosial dan pengalam pribadi.

Manfaat kurikulum inti adalah :

a.       Segala sesuatu yang dipelajari dalam unit bertalian erat

b.      Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar

c.       Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat

d.      Kurikulum ini sesuai dengan paham demokrasi

e.       Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat.



2.      Kurikulum yang berlandaskan pada proses sosial dan fungsi kehidupan (social functions and persistens situations)

Kurikulum social functions didasarkan atas kegiatan-kegiatan manusia dalam masyarakat, dalam social functions dapat diangkat berbagai kegiatan-kegiatan manusia yang dapat dijadikan sebagai topik pembelajaran. Sebagai modifikasi dari social functions adalah persistent life situations yng berkarakteristik yaitu situasi yang diangkat senantiasa dihadapi manusia dalam hidupnya, masal lalu, saat ini dan masa yang akan datang.

Secara umum ada tiga kelompok situasi yang dihadapi manusia, yaitu :

a.       Situasi mengenai perkembangan individu. Misalnya kesehatan, intelektual, moral dan keindahan.

b.      Situasi untuk perkembangan partisipasi sosial yaitu : hubungan antar pribadi, keanggotaan kelompok dan hubungan antar kelompok.

c.       Situasi untuk perkembangan kemampuan menghadapi faktor-faktor ekonomi dan daya-dayalingkugan, yaitu : bersifat alamiah, sumber teknologi danstruktur dan daya-daya sosial ekonomi

Kurikulum ini dikenal juga dengan sebutan life curruculum, yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang berarti bagi anak sesuai denganapa yang dibutuhkansehari-hari dalam kehidupan.

Ide life curriculum pada dasarnya bersumber dari pandangan Herbert Spencer (1860) tentang lima kategori bentuk-bentuk kegiatan yang dapat dijadikan tujuan pendidikan, yaitu :

a.       Self preservation (pemeliharaan diri)

b.      Securing necessities of life (menggembarkan kepentingan kehidupan)

c.       Rearing and disciplining of a offspringl (memelihara keturunan)

d.      Meintenance of proper social and political relations (memelihara hubungan sosial dan politik

Menurut Marshal dan Goets, diantara manfaat dari kurikulum ini adalah :

a.       Mengambil bahan pelajaran sekitar masalah dan proses sosial atau segi-segi kehidupan.

b.      Memungkinkan digunakan latar belakang pengalaman siswa yang dapat menunjang belajar, karena bahan pelajaran diorganisasi sekitar kehidupan anak. Pendekatannya semacam laboratorium kehidupan sosial.

c.       Data tentang kehidupan sosial setiap saat, dari berbagai tempat dan kebudayaan.

d.      Memungkinkan mendapat pengalaman yang luas, karena siswa mempelajari berbagai kehidupan sosisal.

e.       Dengan kurikulum ini dapat dimungkinkan diciptakannya proses sosial sebagaimana diinginkan (social engineering).

Adapun kesulitan dalam pengembangan kurikulum ini yaitu :

a.       Dalam pelaksanaan, menemukan hubungan isi kurikulum dengan fungsi kehidupan yang dikehendaki hanya sedikit yang dapat dicapai.

b.      Menyusun kurikulum dengan skema didasarkan dari kehidupan lebih sulit dibandingkan dengan mengorganisasi bahan pelajaran berpusat pada mata pelajaran.

c.       Seringkali terjadi kegagalan dalam mengintegrasikan pengalaman-pengalaman belajar sesuai dengan tujuan utama dari bentuk life curriculum



3.      Kurikulum yang berpusat pada kegiatan atau pengalaman (experience and activity curriculum)

Kurikulum ini dikenal juga dengan sebutan activity curriculum. Mengutamakan kegiatan-kegiatan atau pengalaman-pengalaman siswa dalam rangka membentuk kemampuan yang terintegritas dengan lingkungan maupun potensi siswa.

Kurikulum ini berupaya mengatasi kelemahan pada subject curriculum, yakni anak lebih banyak menerima (passive), juga bahan pelajaran merupakan hasil pengalaman masa lampau.

Rasional penggunaan bentuk kurikulum ini adalah :

a.       Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami. Anak dapat belajar dengan baik bila ia dihadapkan dengan masalah aktual, sehingga dapat menemukan kebutuhan reel atauminatnya.

b.      Belajar merupakan transaksi aktif.

c.       Belajar secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat vital, sehingga dapat berupaya mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya.

d.      Belajar terjadi melalui proses mengatasi hambatan (masalah) sehingga mencapai pemecahan atau tujuan.

e.       Hanya dengan melalui penyodoran masalah memungkinkan diaktifkannya motivasi dan upaya, sehingga anak berpengalaman dengan kegiatan yang bertujuan.

Penggunaan kurikulum ini dengan menggunakan metode proyek. Kill Patrick (1918) membagi proyek-proyek yang dapat dilaksanakan sebagi berikut :

a.       Proyek permainan seperti menari atau drama

b.      Proyek eksistensi seperti karya wisata ke tempat-tempat bersejarah, kebun biologi dan sejenisnya

c.       Proyek cerita seperti membaca cerita, mendengarkan cerita

d.      Proyek pekerjaan tangan seperti membuat prakarya

Menurut Nasution, dalam perkembangan kurikulum ini selanjutnya pengalaman langsung dan minat spontan lebih-lebih digunakan sebagai bantuan dalam proses belajar. Bukan sebagai pokok untuk menusun unit. Minat anak lebih banyak ditentukan berdasarkan studi, pengalaman atau penelitian.

4.      Prosedur Pengorganisasian Kurikulum

Dalampemilihandan reorganisasi isi kurikulum diperlukan suatu prosedur atau tata kerja tertentu, yang meliputi :

a.       Prosedur employee.

Guru memilih dan mengorganisasi isi kurikulum tersebut. Guru sangat berperan penting

b.      Prosedur Buku Pelajaran (the textbook procedure).

Pemilihan isi kurikulum didasarkan pada materi yang terkandung dalam sejumlah buku pelajaran yang telah dipilih oleh panitia khusus.

c.       Prosedur survei pendapat (the survey of oppinions procedure).

Pemilihan pengorganisasian atau reorganisasiisi kurikulum dengan mengadakan survei atau penelitian terhadap pendapat berbagai pihak.

d.      Prosedur studi kesalahan (thestudy of errors procedure).

Mengadakan analisis terhadap kesalahan, kekeliruan dan kelemahan dari pengalaman yang baru.

e.       Prosedur mempelajari kurikulum lainnya (the study of other curriculum procedure).

Mempelajari kurikulum sekolah lain untuk diterapkan dan menentukan isi kurikulum yang sesuai dengan tujuan sekolah sendiri yang ingin dicapai. Tidak harus sama, melainkan perlu adanya evaluasi dan modifikasi.

f.       Prosedur analisis kegiatan orang dewasa (the analysis of adult activities procedure).

Mengadakan studi kegiatan yang dilakukan yang berguna untuk dipelajari oleh siswa, kemudian diidentifikasi kegiatan tersebut sehingga dapat disusun suatu program pengalaman kurikuler untuk diajarkan disekolah.

Beberapa contoh analisi tersebut yaitu :

·         Kegiatan bahasa dan interkominikasi social

·         Kegiatan kesehatan

·         Kegiatan sebagai warga Negara

·         Kegiatan sosial umum

·         Kegiatan pemanfaatan waktu dan rekreasi

·         Kegiatan dalam rangka kesehatan mental

·         Kegiatan keagamaan

·         Kegiatan Sebagai orang tua

·         Kegiatan nonvocational

g.      Prosedur fungsi-fungsi sosial (the social functions procedure).

Berbagai macam fungsi sosial yang ditemukan melalui survei, studi literatur atau riset, kemudian diklasifikasikan menjadi ”area of living”.

Menurut Douglass, area of living meliputi citizenship, home living, leisure life, vocational efficiency, physical and mental health dan continued learning. Sedangkan menurut Stratemenyer yaitu, home, comunity, leisure time, work dan spiritual activities.

h.      Prosedur minat dan kebutuhan remaja (the youth interest and needs procedure).

Dari prosedur sosial diatas kemudian diklasifikaskan menjadi ”persistent life problems”, adapun urutannya didasarkan pada latar belakang, kematangan, minat dan kebutuhan para siswa secara kronologis dan logis dan juga sebagai persiapan menempuh kehidupan dewasa. Jadi prosedur ini tidak bersifat individualistik, melainkan interaksi antara individu anak (remaja) dengan lingkungannya.

Organisasi kurikulum ini mempunyai kelebihan, sebagai berikut:

1.      Segala permasalahan yang dibicarakan dalam unit sangat bertalian erat

2.      Sangat sesuai dengan perkembangan moderen tentang belajar mengajar

3.      Memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dan masyarakat

4.      Sesuai dengan ide demokrasi, dimana peserta didik dirangsang untuk berpikir sendiri, bekerja sendiri dan memikul tanggung jawab bersama serta bekerja sama dalam kelompok

5.      Penyajian bahan disesuaikan dengan kemampuan individu, minat dan kematangan peserta didik baik secara individu maupun secara kelompok.

Adapun kelemahan dari organisasi kurikulum ini adalah :

1.      Pendidik atau guru tidak dilatih melakukan kurikulum semacam ini

2.      Organisasinya tidak logis dan kurang sistematis

3.      Terlalu memberatkan tugas pendidik

4.      Kurang memungkinkan untuk dilaksanakan ujian umum

5.      Peserta didik dianggap tidak mampu ikut serta dalam menentukan kurikulum

6.      Sarana dan prasarana yang kurang memadai untuk menunjang pelaksanaan kurikulum tersebut.



BAB III

PENUTUP



3.1        Kesimpulan

Organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan diajarkan atau disampaikan kepada murid,1 atau merupakan suatu cara menyusun bahan atau pengalaman belajar ingin dicapai dengan tujuan mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran dicapai secara efektif.

Jenis-jenis organisasi kurikulum yaitu :

1.       Separated Subject Curriculum

2.       Correlated Curriculum

3.       Integrated Curriculum

Faktor-Faktor yang perlu diperhatikan dalam organisasi kurikulum :

1.      Ruang lingkup (Scope)

2.      Urutan bahan (sequence)

3.      Kontinuitas

4.      Keseimbangan

5.      Integrasi atau keterpaduan











DAFTAR PUSTAKA



Hamalik, Oemar. 2011. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Rosada : Bandung.

Nasution. 2006. Asas-asas Kurikulum. Bumi Aksara : Jakarta.