BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Proses pendidikan dipengaruhi oleh
begitu banyak hal, salah satunya bagaimana pola atau cara penyampaian materi
yang disampaikan oleh guru kepadapara peserta didiknya. Bagaimana agar proses
pendidikan yang menyenangkan (enjoyable), efektif, efisien dan mampu mencapai
tujuan secara optimal menjadi persoalan tersendiri yang harus dipecahkan.
Organisasi kurikulum sebagai pola
penyampaian materi dalam proses pembelajaran yang disusun dan dilaksanakan oleh
sluruh elemen dalam pendidikan. Dalam macam-macam organisasi kurikulum ini kita
akan memperoleh sedikit gambaran bagaimana seharusnya pola
kurikulum yang sebaiknya dilaksanakan dalam lembaga pendidikan dengan tetap
mempertimbangkan minat, bakat dan kemampuan siswa yang ada. Dengan pemilihan
bentuk organisasi
yang tepat akan mempermudah proses pembelajaran dan dengan hasil yang optimal
sesuai harapan.
1.2
Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan
“Organisasi Kurikulum” dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Apa
yang dimaksud dari organisasi kurikulum ?
2.
Apa
saja tujuan dari organisasi kurikulum itu ?
3.
Apa
sajakah jenis-jenis organisasi kurikulum itu ?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui
apa yang dimaksud dengan organisasi kurikulum dalam proses belajar dan
pembelajaran.
1.3.2
Tujuan Khusus
1. Untuk memahami kurikulum mencakup desain, teori, konsep,
pandangan tentang pendidikan, perkembangan anak didik dan teknologi
2. Untuk memahami kelemahan dan keunggulan dari sudut
pandang kurikulum yang dibahas
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Organisasi Kurikulum
Organisasi
kurikulum, yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran disusun dan disampaikan
kepada murid-murid, merupakan suatu dasar yang penting sekali dalam pembinaan
kurikulumdan bertalian erat dengan tujuan program pendidikan yang hendak
dicapai, karena bentuk kurikulum turut menentukan bahan pelajaran, urutannya
dan cara menyajikannya kepada murid-murid.
Organisasi kurikulum adalah struktur program
kurikulum yang berupa kerangka umum program-pengajaran-pengajaran yang akan
disampaikan kepada peserta didik (Nurgiantoro, 1988: 111).
2.2
Faktor-Faktor
pada
Organisasi Kurikulum
Dalam
penyusunan organisasi kurikulum ada sejumlah faktor yang harus diperhatikan,
yakni :
1. Ruang
lingkup (Scope)
Merupakan
keseluruhan materi pelajaran dan pengalaman yang harus dipelajari siswa. Ruang
lingkup bahan pelajaran sangat tergantung pada tujuan pendidikan yang hendak
dicapai.
2. Urutan
bahan (Sequence)
Berhubungan
dengan urutan penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa
agar proses belajar dapat berjalan dengan lancar. Urutan
bahan meliputi dua hal yaitu urutan
isi bahan pelajaran dan urutan pengalaman belajar yang memerlukan pengetahuan
tentang perkembangan anak dalam menghadapi pelajaran tertentu.
3. Kontinuitas
Berhubungan
dengan kesinambungan bahan pelajaran tiap mata pelajaran, pada tiap jenjang
sekolah dan materi pelajaran yang terdapat dalam mata pelajaran yang
bersangkutan. Kontinuitas ini dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif .
4. Keseimbangan
Adalah
faktor yang berhubungan dengan bagaimana semua mata pelajaran itu mendapat
perhatia yang layak dalam komposisi kurikulum yang akan diprogramkan pada
siswa. Keseimbangan dalam kurikulum dapat ditinjau dari dua segi yakni
keseimbangan isi atau apa yang dipelajari, dan keseimbangan cara atau proses
belajar.
5. Integrasi
atau keterpaduan
Yang
berhubungan dengan bagaimana pengetahuan dan pengalaman yang diterima siswa
mampu memberi bekal dalam menjawab tantangan hidupnya, setelah siswa
menyelesaikan program pendidikan disekolah.
2.3
Jenis-jenis Organisasi Kurikulum
Menurut
S. Nasution (1989: 80) organisasi kurikulum terdapat tiga tipe atau bentuk
kurikulum, yaitu :
1.
Separated Subject Curriculum (Kurikulum Berdasarkan Mata
Pelajaran)
Kurikulum ini disebut demikian karena segala bahan
pelajarn disajikan dalam subject atau
mata pelajaran yang terpisah-pisah. Sehingga
banyak jenis mata pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya. Jumlah mata
pelajaran yang diberikan cukup bervariasi bergantung pada tingkat dan jenis
sekolah yang bersangkutan. Dalam praktek penyampaian pengajarannya, tanggung
jawab terletak pada masing-masing guru atau pendidik yang menangani suatu mata
pelajaran yang dipegangnya.
Kurikulum
yang disusun dalam bentuk terpisah ini lebih bersifat subject centered,
berpusat ada bahan pelajaran daripada child centered yang berpusat pada minat
dan kebutuhan anak. Dari segi ini jelas kurikulum bentuk terpisah sangat
menekankan pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan pembentukan
kepribadian anak secara keseluruhan.
Kurikulum ini sejak
lama diterapkan pada sekolah-sekolah kita, sampai dengan munculnya kurikulum
tahun 1968 dan kurikulum tahun 1975. Kurikulum ini mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah satu
sama lain, dan masing-masing berdiri sendiri
b. Tiap mata pelajaran seolah-olah tersimpan dalam kotak
tersendiridan diberikan dalam waktu tertentu
c. Hanya bertujuan pada penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan
dan mengabaikan perkembangan aspek tingkah laku lainnya
d. Tidak didasarkan pada kebutuhan, minat, dan masalah yang
dihadapai para siswa
e. Bentuk kurikulum yang tidak mempertimbangkan kebutuhan,
masalah, dan tututan dalam masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang
f. Pendekatan metodologi mengajar yang digunakan adalah
sistem penuangan (imposisi) dan menciptakan perbedaan individual di kalangan
para siswa
g. Guu berperan aktif, dengan pelaksaan sistem guru mata
pelajaran dan mengabaikan unsur belajar aktif di kalangan para siswa
h. Para siswa sama sekali tidak dilibatkan dalam perencanaan
kurikulum secara kooperatif
Ada
beberapa keuntungan yang diperoleh dari kurikulum ini, antara lain:
a.
Penyajian bahan pelajaran dapat disusun
secara logis dan sistematis
b.
Organisasi kurikulum bentuk ini sangat
sederhana dan tidak terlalu sulit untuk direncanakan, serta mudah dilaksanakan
c.
Mudah dievaluasi dan dites
d.
Dapat digunakan dari tingkat sekolah dasar
sampai perguruan tinggi
e.
Pendidik atau guru sebagai pelaksana
kurikulum dalam mempergunakannya lebih mudah
f.
Tidak sulit untuk diadakan
perubahan-perubahan
g.
Lebih tersusun secara sistematis.
Di
samping adanya keuntungan kurikulum bentuk tersebut, ada juga beberapa
kelemahan dari bentuk separated subject curriculum, sebagai berikut:
a. Bentuk
mata pelajaran yang terpisah dengan lainnya tidak relevan dengan kenyataan dan
tidak mendidik anak dalam menghadapi stuasi kehidupan mereka
b. Tidak
memperhatikan masalah sosial kemasyarakatan yang dihadapi peserta didik secara faktual
dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini disebabkan hanya berpedoman pada apa
yang tertera dalam buku atau teks
c. Kurang
memperhatikan faktor-faktor kejiwaan peserta didik
d. Tujuan
kurikulum ini sangat terbatas dan kurang memperhatikan pertumbuhan jasmani,
perkembangan emosional dan sosial peserta didik serta hanya memusatkan pada
perkembangan intelektual
e. Kurikulum
semacam ini kurang mengembangkan kemampuan berfikir, karena mengutamakan
penguasaan dan pengetahuan dengan cara hafalan
f. Separated
curriculum ini cenderung menjadi statis dan tidak bersifat inovatif.
2.
Correlated
Curriculum (Kurikulum Gabungan)
Correlated
curriculum adalah bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu hubungan
antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, Tetapi tetap memperhatikan karakteristik
tiap mata pelajaran tersebut. Hubungan antar mata pelajaran dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
·
Pertama, insidental artinya secara
kebetulan ada hubungan antar mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran
lainnya. Misalnya mata pelajaran IPA disinggung tentang mata pelajaran geografi
dan sebagainya.
·
Kedua, menghubungkan secara lebih erat
jika terdapat suatu pokok bahasan yang dibicarakan dalam berbagai mata
pelajaran. Misalnya masalah moral dan etika dibicarakan dalam mata pelajaran
agama.
·
Ketiga, batas mata pelajaran disatukan
dan difungsikan dengan menghilangkan batasan masing-masing mata pelajaran.
Penggabungan antara beberapa mata peajaran menjadi satu disebut sebagai broad
field. Misalnya mata pelajaran bahasa merupakan peleburan dari mata pelajaran
membaca, tata bahasa, menulis, mengarang,menyimak dan pengetahuan bahasa.
Ciri-ciri kurikulum ini di antaranya adalah sebagai
berikut :
a.
Berbagai
mata pelajaran di korelasikan satu dengan yang lainnya
b.
Sudah
dimulai dengan adanya usaha untuk merelevansikan pelajaran dengan permasalaham
kehidupan sehari-hari, kendatipun tujuannya masih penguasaan pengetahuan
c.
Sudah
mulai mengusahakan penyesuaian pelajaran dengan minat dan kemapuan para siswa,
meski pelayanan terhadap perbedaan individual masih sangat terbatas
d.
Metode
penyampaian menggunakan metode korelasi, meski masih banyak yang menghadapi
kesulitan
e.
Meski
guru masih memegang peran penting, namun aktivitas siswa sudah mulai
dikembangkan
Organisasi
kurikulum yang disusun dalam bentuk correlated mempunyai beberapa keunggulan
dan kelemahan. Beberapa keunggulan yang dimaksud antara lain:
1. Menunjukkan
adanya integrasi pengetahuan kepada peserta didik, yang mana dalam pelajaran
disoroti dari berbagai bidang dan disiplin ilmu
2. Dapat
menambah interes dan minat peserta didik terhadap adanya hubungan antara
berbagai mata pelajaran
3. Pengetahuan
dan pemahaman peserta didik akan lebih mudah dalam dengan penguraian dan
penjelasan dari berbagai mata pelajaran
4. Adanya
kemungkinan untuk menggunakan ilmu pengetahuan lebih fungsional
5. Lebih
mengutamakan pada pemahaman dari prinsip-prinsip daripada pengetahuan
(knowledge) dan penguasaan fakta-fakta.
Selain
correlated curriculum mempunyai kelemahan, antara lain:
1. Bahan
yang disajikan tidak berhubungan secara langsung dengan kebutuhan dan minat
peserta didik
2. Pengetahuan
yang diberikan tidak mendalam dan kurang sistematis pada berbagai mata
pelajaran
3. Urutan
penyusunan dan penyajian bahan tidak secara logis dan sistematis
4. Kebanyakan
di antara para pendidik atau guru kurang menguasai antar disiplin ilmu,
sehingga mengaburkan pemahaman peserta didik atau siswa.
Untuk mengurangi kelemahan dengan adanya keterpisahan
diantara berbagai mata pelajaran tersebut, diusahakanlah agar mata pelajaran
tersebut disusun dalam pola korelasi. Ada tiga jenis korelasi yang sifatnya bergantung dari jenis mata
pelajaran :
1.
Korelasi
faktual, misalnya sejarah dan kesusastraan. Fakta-fakta sejarah disajikan
melalui penulisan karangan sehingga menambah kemungkinan menikmati bacaannya
oleh siswa.
2.
Korelasi
deskriptif, korelasi ini dapat dilihat pada penggunaan generalisasi yang berlaku
untuk dua atau lebih mata pelajaran. Misal psikologi dapat berkorelasi dengan
sejarah atau Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan prinsip-prinsip yang
ada dalam psikologi untuk menerangkan kejadian-kejadian sosial.
3.
Korelasi
normatif, hampir sama denagan korelasi deskriptif, perbedaannya terletak pada
prinsipnya yang bersifat moral sosial. Sejarah dan kesusastraan dapat
dikorelasikan berdasarkan prinsip-prinsip moral sosial dan etika.
3.
Integrated
Curriculum (Kurikulum Terpadu)
Dalam
integrated curriculum mata pelajaran dipusatkan pada suatu masalah atau unit
tertentu. Dengan adanya kebulatan bahan pelajaran diharapkan dapat terbentuk
kebulatan pribadi peserta didik yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya.
Oleh karena itu, hal-hal yang diajarkan di sekolah harus disesuaikan dengan
situasi, masalah dan kebutuhan kehidupan di luar sekolah.
Ciri-ciri umum dari
kurikulum studi adalah sebagai berikut :
a. Kurikulum terdiri atas suatu bidang pengajaran, yang di
dalamnya terpadu sejumlah mata pelajaran sejenis dan memiliki ciri-ciri yang
sama
b. Pelajaran bertitik tolak dari core subject, yang kemudian diuraikan menjadi sejumlah pokok
bahasan
c. Berdasarkan tujuan kurikuler dan tujuan instruktusional
yang telah digariskan
d. Sistem penyampaian bersifat terpadu
e. Guru berperan selaku guru bidang studi
f. Minat, masalah, serta kebutuhan siwa dan masyarakat
dipertimbangkan sebagai dasr penyusunan kurikulum, walaupun masih dalam
batas-batas tertentu
g. Dikenalkan berbagai jenis bidang studi
Adapun
dalam bentuk kurikulum terpadu ini terbagi lagi, meliputi :
1. Kurikulum
inti (core curriculum)
Kurikulum
ini bertujuan untuk mengembangkan integrasi, melayani kebutuhan siswa dan
meningkatkan keaktifan belajar dan hubungan antara kehidupan dan belajar.
Ciri
yang membedakan kurikulum inti, yaitu :
a. Kurikulum
inti menekankan kepada nilai-nilai sosial, unsur universalitas dalam suatu
kebudayaan memberikan stabilitas dan kesatuan pada masyarakat.
b. Struktur
kurikulum inti ditentukan oleh problem sosial.
Karakteristik
yang dapat dikaji dalam kurikulum ini adalah :
a. Kurikulum
ini direncanakan secara berkelanjutan (continue), selalu berkaitan dan
direncanakan secara terus-menerus
b. Isi
kurikulum yang dikembangkan merupakan rangkaian dari pengalaman yang saling
berkaitan
c. Isi
kurikulum selalu mengambil atas dasar masalah atau problema yang dihadapi
secara actual
d. Isi
kurikulum cenderung mengambil atau mengangkat substansi yang bersifat pribadi
maupun social
e. Isi
kurikulum ini difokuskan berlaku untuk semua siswa, sehingga kurikulum ini
sebagai kurikulum umum, tetapi substansinya bersifat problema, pribadi, sosial
dan pengalam pribadi.
Manfaat
kurikulum inti adalah :
a. Segala
sesuatu yang dipelajari dalam unit bertalian erat
b. Kurikulum
ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar
c. Kurikulum
ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat
d. Kurikulum
ini sesuai dengan paham demokrasi
e. Kurikulum
ini mudah disesuaikan dengan minat.
2. Kurikulum
yang berlandaskan pada proses sosial dan fungsi kehidupan (social functions and
persistens situations)
Kurikulum
social functions didasarkan atas kegiatan-kegiatan manusia dalam masyarakat,
dalam social functions dapat diangkat berbagai kegiatan-kegiatan manusia yang
dapat dijadikan sebagai topik pembelajaran. Sebagai modifikasi dari social
functions adalah persistent life situations yng berkarakteristik yaitu situasi
yang diangkat senantiasa dihadapi manusia dalam hidupnya, masal lalu, saat ini
dan masa yang akan datang.
Secara
umum ada tiga kelompok situasi yang dihadapi manusia, yaitu :
a. Situasi
mengenai perkembangan individu. Misalnya kesehatan, intelektual, moral dan
keindahan.
b. Situasi
untuk perkembangan partisipasi sosial yaitu : hubungan antar pribadi,
keanggotaan kelompok dan hubungan antar kelompok.
c. Situasi
untuk perkembangan kemampuan menghadapi faktor-faktor ekonomi dan
daya-dayalingkugan, yaitu : bersifat alamiah, sumber teknologi danstruktur dan
daya-daya sosial ekonomi
Kurikulum
ini dikenal juga dengan sebutan life curruculum, yang bertujuan memberikan pengalaman
belajar yang berarti bagi anak sesuai denganapa yang dibutuhkansehari-hari
dalam kehidupan.
Ide
life curriculum pada dasarnya bersumber dari pandangan Herbert Spencer (1860)
tentang lima kategori bentuk-bentuk kegiatan yang dapat dijadikan tujuan
pendidikan, yaitu :
a. Self
preservation (pemeliharaan diri)
b. Securing
necessities of life (menggembarkan kepentingan kehidupan)
c. Rearing
and disciplining of a offspringl (memelihara keturunan)
d. Meintenance
of proper social and political relations (memelihara hubungan sosial dan
politik
Menurut
Marshal dan Goets, diantara manfaat dari kurikulum ini adalah :
a. Mengambil
bahan pelajaran sekitar masalah dan proses sosial atau segi-segi kehidupan.
b. Memungkinkan
digunakan latar belakang pengalaman siswa yang dapat menunjang belajar, karena
bahan pelajaran diorganisasi sekitar kehidupan anak. Pendekatannya semacam
laboratorium kehidupan sosial.
c. Data
tentang kehidupan sosial setiap saat, dari berbagai tempat dan kebudayaan.
d. Memungkinkan
mendapat pengalaman yang luas, karena siswa mempelajari berbagai kehidupan
sosisal.
e. Dengan
kurikulum ini dapat dimungkinkan diciptakannya proses sosial sebagaimana
diinginkan (social engineering).
Adapun
kesulitan dalam pengembangan kurikulum ini yaitu :
a. Dalam
pelaksanaan, menemukan hubungan isi kurikulum dengan fungsi kehidupan yang
dikehendaki hanya sedikit yang dapat dicapai.
b. Menyusun
kurikulum dengan skema didasarkan dari kehidupan lebih sulit dibandingkan
dengan mengorganisasi bahan pelajaran berpusat pada mata pelajaran.
c. Seringkali
terjadi kegagalan dalam mengintegrasikan pengalaman-pengalaman belajar sesuai
dengan tujuan utama dari bentuk life curriculum
3. Kurikulum
yang berpusat pada kegiatan atau pengalaman (experience and activity
curriculum)
Kurikulum
ini dikenal juga dengan sebutan activity curriculum. Mengutamakan
kegiatan-kegiatan atau pengalaman-pengalaman siswa dalam rangka membentuk
kemampuan yang terintegritas dengan lingkungan maupun potensi siswa.
Kurikulum
ini berupaya mengatasi kelemahan pada subject curriculum, yakni anak lebih
banyak menerima (passive), juga bahan pelajaran merupakan hasil pengalaman masa
lampau.
Rasional
penggunaan bentuk kurikulum ini adalah :
a. Belajar
dapat terjadi dengan proses mengalami. Anak dapat belajar dengan baik bila ia
dihadapkan dengan masalah aktual, sehingga dapat menemukan kebutuhan reel
atauminatnya.
b. Belajar
merupakan transaksi aktif.
c. Belajar
secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat vital, sehingga dapat berupaya
mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya.
d. Belajar
terjadi melalui proses mengatasi hambatan (masalah) sehingga mencapai pemecahan
atau tujuan.
e. Hanya
dengan melalui penyodoran masalah memungkinkan diaktifkannya motivasi dan
upaya, sehingga anak berpengalaman dengan kegiatan yang bertujuan.
Penggunaan
kurikulum ini dengan menggunakan metode proyek. Kill Patrick (1918) membagi
proyek-proyek yang dapat dilaksanakan sebagi berikut :
a. Proyek
permainan seperti menari atau drama
b. Proyek
eksistensi seperti karya wisata ke tempat-tempat bersejarah, kebun biologi dan
sejenisnya
c. Proyek
cerita seperti membaca cerita, mendengarkan cerita
d. Proyek
pekerjaan tangan seperti membuat prakarya
Menurut
Nasution, dalam perkembangan kurikulum ini selanjutnya pengalaman langsung dan
minat spontan lebih-lebih digunakan sebagai bantuan dalam proses belajar. Bukan
sebagai pokok untuk menusun unit. Minat anak lebih banyak ditentukan
berdasarkan studi, pengalaman atau penelitian.
4. Prosedur
Pengorganisasian Kurikulum
Dalampemilihandan
reorganisasi isi kurikulum diperlukan suatu prosedur atau tata kerja tertentu,
yang meliputi :
a. Prosedur
employee.
Guru memilih dan
mengorganisasi isi kurikulum tersebut. Guru sangat berperan penting
b. Prosedur
Buku Pelajaran (the textbook procedure).
Pemilihan isi kurikulum
didasarkan pada materi yang terkandung dalam sejumlah buku pelajaran yang telah
dipilih oleh panitia khusus.
c. Prosedur
survei pendapat (the survey of oppinions procedure).
Pemilihan
pengorganisasian atau reorganisasiisi kurikulum dengan mengadakan survei atau
penelitian terhadap pendapat berbagai pihak.
d.
Prosedur studi kesalahan (thestudy of
errors procedure).
Mengadakan analisis
terhadap kesalahan, kekeliruan dan kelemahan dari pengalaman yang baru.
e.
Prosedur mempelajari kurikulum lainnya
(the study of other curriculum procedure).
Mempelajari kurikulum
sekolah lain untuk diterapkan dan menentukan isi kurikulum yang sesuai dengan
tujuan sekolah sendiri yang ingin dicapai. Tidak harus sama, melainkan perlu
adanya evaluasi dan modifikasi.
f.
Prosedur analisis kegiatan orang dewasa
(the analysis of adult activities procedure).
Mengadakan studi
kegiatan yang dilakukan yang berguna untuk dipelajari oleh siswa, kemudian
diidentifikasi kegiatan tersebut sehingga dapat disusun suatu program
pengalaman kurikuler untuk diajarkan disekolah.
Beberapa contoh analisi
tersebut yaitu :
·
Kegiatan bahasa dan interkominikasi social
·
Kegiatan kesehatan
·
Kegiatan sebagai warga Negara
·
Kegiatan sosial umum
·
Kegiatan pemanfaatan waktu dan rekreasi
·
Kegiatan dalam rangka kesehatan mental
·
Kegiatan keagamaan
·
Kegiatan Sebagai orang tua
·
Kegiatan nonvocational
g. Prosedur
fungsi-fungsi sosial (the social functions procedure).
Berbagai macam fungsi
sosial yang ditemukan melalui survei, studi literatur atau riset, kemudian
diklasifikasikan menjadi ”area of living”.
Menurut Douglass, area
of living meliputi citizenship, home living, leisure life, vocational
efficiency, physical and mental health dan continued learning. Sedangkan
menurut Stratemenyer yaitu, home, comunity, leisure time, work dan spiritual
activities.
h. Prosedur
minat dan kebutuhan remaja (the youth interest and needs procedure).
Dari prosedur sosial diatas
kemudian diklasifikaskan menjadi ”persistent life problems”, adapun urutannya
didasarkan pada latar belakang, kematangan, minat dan kebutuhan para siswa secara
kronologis dan logis dan juga sebagai persiapan menempuh kehidupan dewasa. Jadi
prosedur ini tidak bersifat individualistik, melainkan interaksi antara
individu anak (remaja) dengan lingkungannya.
Organisasi
kurikulum ini mempunyai kelebihan, sebagai berikut:
1. Segala
permasalahan yang dibicarakan dalam unit sangat bertalian erat
2. Sangat
sesuai dengan perkembangan moderen tentang belajar mengajar
3. Memungkinkan
adanya hubungan antara sekolah dan masyarakat
4. Sesuai
dengan ide demokrasi, dimana peserta didik dirangsang untuk berpikir sendiri,
bekerja sendiri dan memikul tanggung jawab bersama serta bekerja sama dalam
kelompok
5. Penyajian
bahan disesuaikan dengan kemampuan individu, minat dan kematangan peserta didik
baik secara individu maupun secara kelompok.
Adapun
kelemahan dari organisasi kurikulum ini adalah :
1. Pendidik
atau guru tidak dilatih melakukan kurikulum semacam ini
2. Organisasinya
tidak logis dan kurang sistematis
3. Terlalu
memberatkan tugas pendidik
4. Kurang
memungkinkan untuk dilaksanakan ujian umum
5. Peserta
didik dianggap tidak mampu ikut serta dalam menentukan kurikulum
6. Sarana
dan prasarana yang kurang memadai untuk menunjang pelaksanaan kurikulum
tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Organisasi kurikulum adalah pola atau
bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan diajarkan atau disampaikan kepada
murid,1 atau merupakan suatu cara menyusun bahan atau pengalaman belajar ingin
dicapai dengan tujuan mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta
mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan
pembelajaran dicapai secara efektif.
Jenis-jenis organisasi kurikulum yaitu :
1. Separated Subject
Curriculum
2. Correlated
Curriculum
3. Integrated
Curriculum
Faktor-Faktor
yang perlu diperhatikan dalam
organisasi kurikulum :
1. Ruang
lingkup (Scope)
2. Urutan bahan (sequence)
3. Kontinuitas
4. Keseimbangan
5. Integrasi
atau keterpaduan
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik,
Oemar. 2011. Dasar-dasar Pengembangan
Kurikulum. Rosada : Bandung.
Nasution.
2006. Asas-asas Kurikulum. Bumi Aksara
: Jakarta.