Sabtu, 29 Oktober 2011

PARADIGMA ALTERNATIF PEMBELAJARAN

BAB I

PARADIGMA ALTERNATIF PEMBELAJARAN

Paradigma bisa disebut sebagai dugaan atau suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang umum yang merupakan suatu nilai.

A.     Perlunya Paradigma Baru Pendidikan

Untuk membangun masyarakat terdidik, masyarakat yang cerdas, maka mau tidak mau harus merubah paradigma dan sistem pendidikan. Formalitas dan legalitas tetap saja menjadi menjadi sesuatu yang penting, akan tetapi perlu diingat bahwa substansi juga bukan sesuatu yang bisa diabaikan hanya untuk mengejar tataran formal saja. Maka yang perlu dilakukan sekarang bukanlah menghapus formalitas yang telah berjalan malainkan menata kembali sistem pendidikan yang ada dengan paradigma baru yang lebih baik.Dengan paradigma baru, praktik pembelajaran akan digeser menjadi pembelajaran yang lebih bertumpu pada teori kognitif dan konstruktivitas.

Lembaga pendidikan kita hanya dikembangkan berdasarkan model ekonomik untuk menghasilkan/membudaya manusia pekerja (abdi dalem) yang sudah disemenurut tata nilai ekonomi yang berlatar (kapitalistik), sehingga tidak mengherankan bila keluaran pendidikan kita menjadi manusia pencari kerja dan tidak berdaya, bukan manusia kreatif pencipta keterkaitan kesejahteraan dalam siklus rangkaian manfaat yang seharusnya manjadi hal yang esensial dalam pendidikan dan pemebelajaran.

Pemikiran-pemikiran yang positif memberikan arahan bahwa sudah selayaknya jika dunia pendidikan diarahkan pada upaya transformasi dan pengenbangan prinsip-prinsip secara komprehensip dalam penyelenggraan pendidikan dan pembelajaran. Kapada para pesera didik  perlu diberi bekal pengetahuan secara nilai-nilai dasar sebagai suatu pandangan hidup sangat berguna untuk mengarungi kehidupan dalam masyarakat pluralitas, baik dari aspek etnisitas, kurtural maupun agama.

 Dalam proses pembelajaran misalnya, pengembangan suasana kesetaraan melalui komunikasi dialogs transparan, toleran, dan tidak arogan seharusnya terwujud di dalam aktivitas pembelajaran. Suasana yang memberi kesempatan luas bagi setiap peserta didik untuk berdialog dan mempertayakan berbagai hal yang berkaitan dengan perkembangan diri dan potensial

Dalam proses pembelajaran, pengembangan potensi-potensi siswa harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Guru memegang peranan startegi terutama dalam upaya membentuk membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan.

Kehadiran teknologi informatika dan komunikasi dalam kehidupan telah mengubah paradigma pendidikan yang menempatkan guru sebagai fasilitator dan agen pembelajaran dimana peserta didik dapat memiliki akses yang seluas-luasnya kepada beragam media untuk kepentingan pendidikannya.

B.     Pembelajaran sebagai Pilar Utama Pendidikan

Komisi Pendidikan untuk abad XXI (Unesco 1996: 85)melihat bahwa hakikat pendidikan sesungguhnya adalah belajar (learning). Selanjutnya dikemukakan bahwa pendidikan bertumpu pada 4 pilar, yaitu :

1.      Learning to know adalah upaya memahami instrumen-instrumen pengetahuan baik sebagai alat maupun sebagai tujuan. Sebagai alat, pengetahuan tersebut diharapkan akan memberikan kemampuan setisp orsng untuk memahami berbagai aspek lingkungan agar mereka dapat hidup dengan harkat dan martabatnya dalam rangka mengembangkan keterampilan kerja dan berkomunikasi dengan berbagai pihak yang diperlukan.

2.      Learning to do lebih ditekankan pada bagaimana mengajarkan anak-anak untuk mempraktikkan segala sesuatu yang telah dipelajarinya dan dapat mengadaptasikan pengetahuan-pengetahuanyang telah diperolehnya tersebut dengan pekerjaan-pekerjaan dimasa depan.

3.      Learning to live together, learning to live with other, pada dasarnya adalah mengajarkan, melatih, dan membimbing peserta didik agar mereka dapat menciptakan hubungan melalui komunikasi yang baik, menjauhi prasangka-prasangka buruk terhadap orang lain serta menjauhi dan menghindari terjadinya perselisihan dan konflik.

4.      Learning to be,  sebagaimana diungkapkan secara tegas oleh komisi pendidikan, bahwa prinsip fundamental pendidikan hendaklah mampu memberikan konsrtibusi untuk perkembangan seutuhnya setiap orang, jiwa dan raga, intelegensi kepekaan, rasa etika, tanggung jawab pribadi, dan nilai-nilai spiritual.

Dari keempat pilar tersebut merupakan misi dan tanggung jawab yang harus diemban oleh pendidikan. Melalui kegiatan belajar mengetahui, belajar berbuat,belajar hidup bersama dan belajar menjadi seorang atau belajar menjadi diri sendiri yang didasari keinginan secara sungguh-sungguh maka akan semakin luas wawasan seseorang tentabg pengetahuan, tentang nilai-nilai positif, tentang orang lain serta tentangberbagai dinamika perubahan yang terjadi.

C.    Pembelajaran sebagai Proses Pemberdayaan

Pandangan yang sudah berlangsung lama yang menempatkan pembelajaran sebagi proses transfer informasi atau transfer knowledge  dari guru kepada siswa semakin banyak kritikan.

Ketidaktepatan pandangan ini juga semakin terasa jika dikaji dari pesatnya perkembangan arus informasi dan media komunikasi yang sangat memungkinkan siswa secara aktif mengakses berbagai informasi yang mereka butuhkan. Dalam keadaan ini guru hendaknya memberikan dorongan dan arahan kepada siswa untuk mencari berbagai sumber yang dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang aspek-aspek yang dipelajari. Karena sesuai denha UUD 1945, pendidikan seharusnya mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini berarti pendidikan adalah usaha untuk memberdayakan manusia. Manusia yang berdaya adalah manusia yang dapat menbangun dirinya dan masyarakatnya.

    Disamping persoalan-persoalan khusus pembelajaran di kelas, dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, setiap individu selalu dihadapkan pada berbagai persoalan. Seorang siswa atau mahasiswa menghadapi masalah berkaitan dengan aktivitas atau tugas-tugas belajarnya. Kelak, bila dia telah menjadi pekerja (karyawan), ia juga akan berhadapan dengan berbagai masalah berkaitan dengan pekerjaannya. Tidak hanya itu saja, bahkan hampir setiap orang sering kali memiliki masalah dengan kepribadiannya sendiri.

Dalam proses pembelajaran, pengenalan terhadap diri sendiri atau kepribadian diri merupakan hal yang sangat penting dalam upaya-upaya pemberdayaan diri (selft empowering). Pengenalan terhadap diri sendiri berarti pula kita mengenal kelebihan-kelebihan atau kekuatan yang kita miliki untuk mencapai hasil belajar yang kita harapkan.

Dalam pengembangan pendidikan sebagai proses pemberdayaan anak didik, secara filsafati, harus berpijak pada fakta dan realita. Proses pendidikan melalui pelaksanaan kegiatan pembelajaran harus memberikan kesempatan yang seluasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan sense of interest, sense of curiosity, sense of reality, dan sense of discovery dalam mempelajari fakta untuk mencapai kebenaran (Sumaatmadja, 2002: 49).

Pemberdayaan diri, menurut kajian psikologi sebaiknya dimulai dengan membangun “konsep diri positif”. Konsep diri positif mengandung arti bahwa individu harus mampu meletakkan atau memposisikan dirinya sebagai diri yang berdaya, tidak memandang duru pribadinya dari prespektif negatif. Konsep diri positif diantaranya ditandai beberapa hal :

1.      Pengetahuan yang luas tentang diri sendiri

2.      Memahami kelebihan dan kelemahan diri

3.      Memiliki keinginan yang kuat untuk berubah

4.      Mampu menghargai oarang dan mampu menerima orang lain apa adanya

5.      Mampu secara terbuka menerima kritikan orang lain

6.      Memiliki sistem pertahanan diri yang kuat

7.      Mamiliki kontrol internal diri

Sebaliknya seseorang harus terus beupayamanghindari konsep diri negatif, yang memiliki beberapa ciri, diantaranya :

1.      Penegtahuan tentang diri sendiri yang sempit

2.      Memiliki pemahaman diri yang parsial

3.      Tidak memiliki keinginan diri yang kuat untuk merubah

4.      Kurang dapat mengahargai dan menerima orang lain apa adanya

5.      Tidak mau dikritik

6.      Mudah terpengaruh oleh lingkungan yang negatif

7.      Penegndalian/kontrol diri eksternal

Jika seseorang mampu membentuk citra diri atau konsep diri positif maka secara bertahap ia dapat mengembangkan diri menjadi pribadi unggul. Irmin dan Suharyo (2004:57) mengemukakan beberapa ciri pribadi unggul, diantaranya :

a.       Memiliki fisik dan mental yang kuat

b.      Memiliki kepercayaan diri yang kuat

c.       Tidak mudah putus asa

d.      Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi

e.       Bisa melayani bawahan, teman, dan atasan

f.       Selalu berfikir kemasa depan

g.      Memiliki keprcayaan diri yang kuat

h.      Memilki motivasi kerja yang tinggi

i.        Senatiasa mengembangkan potensi diri

j.        Banayak inisyatif dan kreatif

k.      Memiliki gairah hidup yang tinggi

l.        Bisa berkomunikasi dengan baik

m.    Memiliki loyalitas yang tinggi



Melalui proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu membimbing dan memfasilitasi siswa agar mereka dapat memahami kekuatan serta kemampuan yang mereka miliki, untuk selanjutnya memberikan motivasi agar siswa terdorong untuk bekerja dan belajar sebaik mungkin untuk mewujudkan keberhasilan berdasarkan kemampuan yang mereka miliki.

Secara spesifik, beberapa dimensi kemampuan siswa yang perlu didorong dalam upaya pemerdayaan diri melalui proses belajar ini adalah :

a.       Mengtahui kekuatan dan keterbatasan diri

b.      Meningkatkan rasa percaya diri

c.       Dapat meningkatkan kemampuan menghargai diri dan orang lain

d.      Meningkatkan kemandirian dan inisiatif untuk memulai perubahan

e.       Meningkatkan komotmen dan tanggung jawab

f.       Meningkatkan motivasi dan internal

g.      Meningkatkan kemampuan mengatasi masalah secara kreatif dan positif

h.      Maningkatkan kemampuan untuk melaksanakan tugas secara profesional

i.        Mendorong kemampuan pengenalan dir, dan tidak mudah menyalahkan orang lain

j.        Menigkatka kemapuan membina hubungsn inter[ersonal yang baik

k.      Maningkatkan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan



D.    Paradigma Konstruktivisme dalam pembelajaran  



1.      Makna dan Lingkungan Konstruktivistik

Konstruktivis sebagai satu konsep yang banyak membicarakan masalah pembalajaran, diharapakan menjadi landasan intelektual untuk menyusun dan menganalisis problem pembelajaran dalam pergulatan dunia pendidikan.

Konstruktivis berarti bersifat membangun. Konstruktivisme merupakan suatu aliran yang berupa membanguntata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.

Konstruktivis berupaya mencari kesempatan antara sesama manusia, yakni agar dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan dan seluruh lingkunagnny. Maka proses dan lembaga pendidikan dalam pandangan ini perlu membangun kemandirian anak untuk mengelola pola pikir yang secara terarah.

Dalam teori peran guru adalah menyediakan suasana dimana pra siswa mendesain dan mengarahkan kegiatan belajar itu lebih banyak daripada menginginkan bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, maka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan ide-ide.  

2.      Memahami Paradigma Konstrutivisme

Konstruktivisme merupakan respon terhadap perkembangannya harapan-harapan baru berkaitan dengan proses pembelajaran yang menginginkan peran aktif siswa dalam merekayasa dan memprakarsai kegiatan belajarnya sendiri.

Dalam mencermati realitas kehidupan sehari-hari, para konstruktivis mempercayai bahwa pengetahuan itu ada dalam  diri seseorang yang sedang berusaha mengetahui. Pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan dari otak seorang (guru) ke kepala orang lain (siswa).

Pengetahuan yang dimiliki seseorang terkait erat dengan pengalaman-pengalamnnya. Yanpa pengalaman seseoarang tidak dapat membentuk pengetahuan. Dalam konteks ini, pengalaman tidak diartikan sebagai pengalaman fisik sesorang sebagaiman kita pahami dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dibentuk oleh struktur penerimaan konsep sesorang sewaktu ia berinteraksi dengan lingkungan.

Dalam sebuah kesimpulannnya Gilasersfeld dan Kitchener (1987) memberikan penekanan tentang 3 hal mendasar berkaitan dengan pemahaman tentang gagasan konstruktivisme, yaitu :

1.      Penggetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.

2.      Subjek membentuk skema kognitif, ktegori, konsep, dan stuktur yanh perlu untuk pengetahuan

3.      Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan, dan konsepsi itu berlaku bila berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.



3.      Beberapa Prinsip Tentang Konstruktivistik

Ada 5 prinsip dasar tentang konstruktivis, diantaranya :

a.       Mengahadapi masalah yang relevan dengan siswa

Mengadapai masalah yang relevan dengan siswa adalah dengan bantuan prinsip-prinsip pedagodi yang konstruktivis. Oleh karena relevasinya tidak harus berkaitan dengan kehidupan atau keberadaan siswa terdahulu. Anak didik memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Minat yang sangat besar terhadap sesuatu merupakan suatu modal besar artinya untuk mencapai/memperoleh benda atau tujuan yang diminati.

b.      Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan

Susunan sebuah kurikulum seputar konsep utama adalah sebuah dimensi kritik tantang pedagodi konstruktivis ketika mendesain sebuah kurikulum, guru konstruktivis mengorganisasi informasi sekitar problematika konsep, pertanyaan dan situasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Karena siswa merasa disibukkan dengan ide-ide atau problem yang dipresentasikan secara holistik daripada secara terpisah dari bagian-bagian terisolasi.

c.       Mencari dan menilai pendapat siswa

Dalam interaksi belajar mangajar guru tidak hanya berperan menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi ia juga hendaknya mendorong para siswa untuk mau memberikan informasi atau pengetahuannya kepada orang lain, termasuk gurunya.

d.      Menyesuaikan kurikulum untuk menannggapi anggapan siswa

Harus ada hubungan tertentu antara tuntutan kurikulum dan anggapan yang dibawa setiap kedalam kegiatan kulikuler.

e.       Menilai belajar siswa dalam konteks pembelajaran

Sering kali terjadi dimana guru menanyakan satu pertanyaan dan banyak anak mengangkat tangan. Satu per satu jawaban yang diberikan disalahkan guru, sampai akhirnya ada jawaban yang benar.



4.      Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran

Konstruktivisme memandang kegiatan belajar merupakan kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam upaya menemukan pengetahuan, konsep, kesimpulan, bukan merupakan kegiatan mekanistik untuk mengumpulkan informasi atau fakta. Dalam proses pembelajaran siswa bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya sendiri.

IMPLIKASI TEORI KONSTRUKTIVITAS

Ø  Memusatkan perhatian kepada berpikir atau proses mental anak tidak sekedar pada hasilnya. Disamping kebenaran jawaban siswa, guru juga harus memahami proses yang digunakan siswa sehingga sampai pada jawaban tersebut.

Ø  Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran dalam kelas konstruktif, penyajian pengetahuan jadi di (rady made) tidak mendapat penekanan.

Ø  Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran lebih menekankan pengajaran TOP DOWN daripada BOTTOM UP.

Ø  DISCOVERY LEARNING. Dalam discovery leraning siswa didorong siswa untuk belajar sendiri secara alami.

Ø  Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran khas menerapkan SCAFOLDING, semakin lama semakin bertanggung jawab terhadap pembelajarnnya sendiri.

KENDALA YANG MUNGKIN TIMBUL DALAM PENERAPAN TEORI BELAJAR DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVITAS DISEKOLAH-SEKOLAH INDONESIA

Ø  Sulit mengubah keyakinan guru yang sudah terstruktur bertahun-tahun menggunakan pendekatan tradisional.

Ø  Guru konstruktivis dituntut kreatif dalam merencanakan pelajaran dan memilih atau menggunakan media.

Ø  Pendekatan konstruktivis menuntut perubahan siswa evaluasi, yang mungkin belum bisa diterima oleh otoritas pendidik dalam waktu dekat.

Ø  Fleksibilitas kurikulum mungkin masih sulit diterima oleh guru yang terbiasa dengan kurikulum yang terkontrol.

Ø  Siswa dan orang tua mungkin memerlukan waktu beradaptasi dengan proses belajar dan mengajar yang baru.

KONDISI OBJEKTIF YANG PERLU DIKEMBANGKAN DI LAPANGAN

Ø  Kurikulum disajikan dari kesatuan ke bagian dengan penekanan konsep utama.

Ø  Pengajaran yang menimbulkan banyak pertanyaan dari siswa sangat dihargai.

Ø  Kegiatan kurikulum bertumbu pada sumber data primer dan materi yang digunakan single text book.

Ø  Siswa dianggap sebagai pemikiran.

Ø  Pada umumnya guru berprilaku secara interaktif menggunakan lingkungan sebagai media belajar.

Ø  Guru mencari sudut pandang siswa untuk memahamkan konsep yang disajikan pada siswa untuk keperluan pembelajaran lebih lanjut.

Ø  Penelitian terjadi menjadi satu dengan pembelajaran dan dilkasanakan dalam bentuk observasi terhadap kerja siswa/tampilan/tugas.





TUJUAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVIS

Ø  Memotivasi siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.

Ø  Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri jawabannya.

Ø  Membantu siswa untuk mengembangkan pengertuan atau pemahaman konsep secara lengkap.

Ø  Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.

CONTOH-CONTOH PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVIS

Ø  Mendukung dan menerima otonomi daninisiatif siswa.

Ø  Mengunakan data mentah dan narasumber asli, bersama bahan yang manipulatif, interaktif, dan nyata.

Ø  Ketika memberi tugas, menggunakan istilah kognitif , seperti klasifikasi, analisis, meramalkan, ciptakan, atau bentuk.

Ø  Memperbolehkan jawaban siswa menuntun pelajaran, mengubah strategi pembelajaran dan mengubah isi.

Ø  Mencari tahu tentang pengertian siswa akan konsep yang diberikan sebelum membagi pengertian-pengertian mereka tentang konsep tersebut.

Ø  Mendukung siswa untuk terlibat dalam dialog, baik dengan guru ataupun siswa.

Ø  Mendorong siswa untuk bertanya dengan memberikan bertanyaan terbuka yang mendalam dan juga mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan satu dengan yang lainnya.

Ø  Mencari perluasan dari tanggapan awal siswa.

Ø  Mengajak siswa terlibat dalam pengalaman yang mungkin bertentangan denagn hipotesis awal mereka dan kemudian mendorong adanya diskusi.

Ø  Memberikan waktu bagi siswa untuk membentuk hungan dengan menciptakan metafora (perumpamaan).

Ø  Mengembangkan keinginan dari siswa dengan sering menggunakan model lingkaran belajar (learning cycle model).

KESUKARAN PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVIS

Ø  Guru merasa kesulitan memberikan contoh-contoh konkrit dan realistik.

Ø  Guru tidak ingin berubah, mereka tertutup/menahan diri untuk merubah

Ø  Pengajaran secara tradisional bisa sukses dan memperoleh nilai tinngi, mengapa harus berubah ?

Ø  Guru berpikir bahwa pembelajaran konstruktivis memerlukan lebih banyak waktu.

Ø  Beban guru sudah terlalu banyak (over load). Merak mengajar 24 jam/45 menit dalam seminggu. Mereka lebih suka rutinitas.

Ø   Belum adanya alat-alat laboratorium yang cukup memadai untuk jumlah siswa yang besar.

Ø  Harapan orang tua adalah terpokus pada hasil belajar sedangkan guru pada proses belajar.

Ø  Guru mengajar menurut cara bagaimana mereka disaat kuliah, perubahan dalam praktek mengajar memerlukan perubahan cara mengajar dosen.

Ø  Guru masih beranggapan bahwa mangajar itu menghadapi test akan menekankan pada drilling dan skill.

Ø  Terlalu banyak bidang studi yang harus dipelajari kurikulum syarat dengan istilah. Menimbulkan masalah luas cakupan lawan kedalam.

Ø  Guru mengajar diluar bidang studi.

Ø  Problem yang lain adalah guru yang tidak memenuhi kualifikasi.

Ø  Siswa mengharapkan informasi dari guru, mencatat, dan mengerjakan test pilihan ganda.

Ø  Siswa telah terbiasa dengan pembelajaran terpusat pada guru.

Ø  Siswa beranggapan bahwa bertanya itu tidak sopan.

Ø  Tempat duduk siswa permanen.





Perbedaan Situasi Pembelajaran Berdasarkan Pandangan

 Tradisional dan Konstruktivisme

Dimensi
Pembelajaran
Tradisional
Pembelajaran
Konstruktivisme
Ruang lingkup pembelajaran
Disajikan secara terpisah, bagian perbaikan engan penekanan pada pencapaianketerampilan dasar
Disajikan secara utuh dengan penjelasan tentang keterkaitan antar bagian, dengan penekanan pada konsep-konseo utama
Kurikulum
Harus diikuti sampai habis
Pertanyaan dan konstruksi jawaban siswa adalah penting
Kegiatan pembelajaran
Berdasarkan buku teks yang sudah ditentukan
Berdasarkan beragam sumber informasi primer dan mateti-materi yang dapat dimanipulasi langsung oleh siswa
Kedudukan siswa
Dilihat sebagai sumber kosong tempat ditumpahkannya semua pengetahuan dari guru
Siswa dilihat sebagai pemikir yang mampu menghasilkan teori-teori tentang dunia dan kehidupan
Sistem guru
Guru mengajar dan menyebarkan informasi keilmuan kepada siswa
Guru bersikap interaktif dalam pembelajaran, menjadi fasilitator dan mediator bagi siswa
Penyelesaian masalah pembelajaran
Selalu mencari jawaban yang benar untuk memvalidasi proses belajar siswa
Guru mencoba mengert persepsi siswa agar dapat melihat pola pikir siswa dan apa yang diperoleh siswa untuk pembelajaran selanjutnya
Penilaian proses pembelajaran
Merupakan bagian terpisah dari pembelajarandan dilakukan hampir selalu dalam bentuk tes atau ujian
Merupakan bagian internal dalam pembelajaran, dilakukan melalui observasi guru terhadap hasil kerja melalui pameran kerja siswa dan portopolio
Aktivitas belajar siswa
Siswa lebih banyak belajar sendiri
Lebih banyak belajar dalam kelompok

























DAFTAR PUSTAKA



Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Pontianak: Alfabeta.

Rianto,Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Surabaya: kencana.